Beranda | Artikel
Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah Karena Mengharapkan Wajah Allah
Senin, 7 Februari 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah Karena Mengharapkan Wajah Allah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 4 Rajab Jumadil Akhir 1443 H / 04 Februari 2022 M.

Kajian Hadits Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah Karena Mengharapkan Wajah Allah

Dari Mahmud bin Ar-Rabi’, dari Itban bin Malik, ia berkata: “Aku datang ke Kota Madinah lalu aku menemui Itban bin Malik. Lalu aku berkata: ‘Hadits yang telah sampai kepadaku dari engkau tolong sampaikan kepadaku.’ Kata Itban: ‘Aku tertimpa sesuatu dari kejauhanku.’

Dalam riwayat yang lain bahwa Itban bin Malik senantiasa menjadi imam di masjid kampungnya. Dan antara masjid dengan rumahnya itu ada lembah. Dimana kalau musim hujan maka lembah itu mengalirkan air, sehingga Itban tidak bisa shalat di masjid tersebut.

‘Lalu aku mengirim seseorang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sesungguhnya aku suka engkau datang kepadaku wahai Rasulullah agar engkau shalat di rumahku. Lalu tempat shalatmu aku ingin jadikan sebagai mushala di dalam rumah.’

‘Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mendatangiku ia bersama beberapa sahabatnya yang Allah kehendaki untuk datang. Lalu Nabi pun masuklah ke rumahku. Sementara beliaupun shalatlah di rumahku.’

Dalam riwayat yang lain Rasulullah bertanya kepada Itban: ‘Dimana tempat yang kamu suka aku shalat di situ?’ lalu kemudian Itban pun menunjuk ke sebuah tempat, lalu Rasulullah pun shalat di situ. Sementara sahabat-sahabat berbincang di antara mereka.

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri shalat, lalu kemudian sahabat-sahabat yang ikut bersama Nabi pun bershaf dibelakang beliau, lalu kemudian beliaupun shalat berjamaah.

Lalu kemudian rupanya beberapa orang yang mendengar kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke rumah Itban datang untuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian terjadilah perbincangan di antara mereka yang memperbincangkan orang-orang munafiqin. Mereka menyandarkan kepalanya orang yang mereka anggap sebagai pentolannya, yaitu Malik bin Dukhsyum.

Dalam riwayat yang lain mereka mengatakan: ‘Itu orang munafik.’ Para sahabat itu berharap Nabi mendoakan kecelakaan untuk Malik bin Dukhsyum. Dan mereka berharap semoga Malik bin Dukhsyum ditimpa keburukan.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah selesai shalat, beliau bersabda kepada para sahabat yang sedang berbincang-bincang tersebut:

أَلَيْسَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ؟

‘Bukankah dia bersyahadat Laa Ilaaha Illallah dan bahwasanya aku adalah Rasulullah?’

Maka mereka berkata: ‘Iya, dia mengucapkan Laa Ilaaha Illallah namun sebatas di lisan, tidak dengan hatinya.’ Maka Rasulullah bersabda:

لَا يَشْهَدُ أَحَدٌ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَيَدْخُلَ النَّارَ أَوْ تَطْعَمَهُ

‘Tidak ada seorang pun yang bersyahadat Laa Ilaaha Illallah dan bahwasanya aku adalah Rasulullah kemudian ia masuk neraka.’

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

‘Sesungguhnya Allah mengharamkan atas api neraka orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah karena mengharapkan wajah Allah.’

Anas Radhiyallahu ‘Anhu berkata: ‘Hadits ini mengagumkan aku, maka aku berkata kepada anakku: ‘Tolong tulis hadits ini.’ maka ia pun menulisnya.” (HR. Muslim)

Dari hadits ini kita ambil faedah:

Keutamaan kalimat tauhid

Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas api neraka orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan ia benar-benar mengharapkan wajah Allah ketika ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallah.”

Namun orang-orang yang diharamkan masuk neraka itu ada dua derajat. Derajat yang pertama yaitu yang diharamkan sama sekali. Dimana ia tidak masuk neraka sama sekali. Ini adalah mereka yang tauhidnya sempurna.

Derajat yang kedua yaitu diharamkan atas neraka untuk sementara waktu. Dalam artian ia tetap dibakar dalam api neraka namun tidak kekal dalam api neraka. Mereka adalah orang yang tauhidnya kurang. Dimana ia melakukan dosa-dosa besar dan ia mati diatas dosa-dosa besar tersebut. Sehingga akhirnya dia harus masuk api neraka terlebih dahulu. Setelah kemudian dosanya habis, baru kemudian Allah angkat dia dan dimasukkan ke dalam surga. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ

“Pasti keluar dari neraka orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kebaikan.” (HR. Bukhari)

Berarti ada atau tidak orang-orang yang mentauhidkan Allah tapi masuk neraka? Jawabnya ada, yaitu mereka yang tauhidnya lemah. Kalau seseorang tauhidnya sempurna maka dia tinggalkan dosa-dosa, dia pun kalau jatuh kepada dosa segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini masyaAllah orang yang tauhidnya sempurna. Lalu ia pun istiqamah dan wafat diatas Laa Ilaaha Illallah.

Adapun yang tidak sempurna, maka kurang tawakkalnya kepada Allah, kurang rasa takutnya kepada Allah, kurang rasa cintanya kepada Allah, masih dia mencintai dunia berlebihan, masih dia mengikuti syahwatnya, masih dia mengikuti hawa nafsunya, tapi dia mentauhidkan Allah dan tidak mempersekutukan Allah. Yang seperti ini kalau ia mati diatas Laa Ilaaha Illallah dalam keadaan membawa dosa, maka  tetap ia dijamin masuk surga.

Namun tentunya bukan berarti ini memberikan semangat untuk orang-orang yang berbuat maksiat. Sebagian orang yang melakukan perbuatan maksiat ketika membaca hadits ini bukannya taubat justru semakin menjadi-jadi. Katanya: “Yang penting saya mati diatas tauhid, paling di neraka saya sehari dua hari selesai.” Padahal apakah Anda sudah dijamin masuk surga? Ketika berbuat maksiat terus-menerus siapa yang menjamin kamu untuk wafat diatas Laa Ilaaha Illallah? Banyak orang yang ngeyel diatas maksiat akhirnya ia malah mati diatas kekafiran. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang yang seperti itu? Allah berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Hendaklah waspada orang-orang yang menyelisihi perintah Rasulullah untuk ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur[24]: 63)

Kata Imam Ahmad bahwa yang dimaksud fitnah dalam ayat ini yaitu kesyirikan atau kekafiran. Seseorang menyelisihi perintah Rasul ternyata Allah jadikan ia condong kepada kekafiran. Na’udzubillah nas’alullahu as-salamah wal afiyah.

Di antara syarat Laa Ilaaha Illallah yaitu ikhlas

Hal ini karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Sesungguhnya Allah mengharamkan api nereka orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan dia harapkan padanya wajah Allah.”

Lihat juga: Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Hadits Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah Karena Mengharapkan Wajah Allah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51365-mengucapkan-laa-ilaaha-illallah-karena-mengharapkan-wajah-allah/